Minggu, 27 Oktober 2013

Pernalaran Induktif


Pernalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Pernalaran itu sendiri terbagi atas dua metode, yaitu pernalaran induktif dan pernalaran deduktif. Pada kesempatan ini, saya akan membahas tentang pernalaran induktif.

Pernalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik simpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Pernalaran induktif berpangkal dari suatu peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik yang kemudian berakhir pada suatu simpulan yang bersifat umum.

Contoh:
1. Ayam berkembang biak dengan cara bertelur.
    Burung berkembang biak dengan cara bertelur.
    Bebek berkembiang biak dengan cara bertelur.
    Simpulan: Semua unggas berkembang biak dengan cara bertelur.

Pernalaran induktif terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Generalisasi

Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. ( Gorys Keraf, 1994 : 43 ).

Generalisasi merupakan pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh:
1. Noris adalah seorang binaragawan, ia memiliki tubuh yang atletis.
    Arnold adalah seorang binaragawan, ia memiliki tubuh yang atletis.
    Zevio adalah seorang binaragawan, ia memiliki tubuh yang atletis.
   Simpulan: Semua binaragawan memiliki tubuh yang atletis.

Dilihat dari segi bentuknya, generalisasi dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Generalisasi dengan loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh :
Bintang gemar bermain bola basket.
Mentari gemar berenang.
Mega gemar bermain bola voli.
Simpulan: Anak-anak Universitas Gunadarma gemar berolahraga.

2) Generalisasi tanpa loncatan induktif
Generalisasi tanpa loncatan induktif adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan yang diselidiki.
Contoh: Sensus penduduk.

2. Analogi

Dalam analogi, kita membandingkan dua macam hal. Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya, tanpa memperhatikan perbedaannya. Jadi, kesimpulan yang didapat didasarkan pada persamaan diantara dua hal yang berbeda. Proses penalaran untuk menarik kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.

Contoh:
Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan,sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.

3. Hubungan Kausal

Hubungan kausal adalah hubungan keterkaitan atau ketergantungan dua realitas, konsep, gagasan, ide, atau permasalahan. Suatu kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau sebaliknya suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab apabila belum mengalami akibat.
Hubungan kasusal terbagi menjadi 3, yaitu:
1) Sebab akibat
Peristiwa yang dianggap sebagai sebab menuju kesimpulan sebagai efek dari peristiwa tersebut.
Contoh:
1. Karena Arief rajin belajar, maka ia naik kelas.
2. Warga sering membuang sampah sembarangan, akibatnya Jakarta selalu banjir di saat musim hujan.

2) Akibat sebab
Peristiwa yang dianggap sebagai akibat dari sebab peristiwa tersebut yang mungkin telah menimbulkan akibat.
Contoh:
1. Risa tidak lulus ujian kenaikan kelas karena Risa malas belajar
2. Banyak korban berjatuhan karena gempa bumi di Yogyakarta.

3) Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain.
Contoh:

Kecelakaan yang terjadi di persimpangan Slipi memakan banyak korban, sehingga kemacetan panjang pun tak terhindarkan. 

Referensi: