Kamis, 30 Januari 2014

TENTANG SAYA

Menulis adahal hal yang menyenangkan bagi saya. Namun ketika diminta untuk menguraikan siapa saya kepada khalayak ada kesulitan tersendiri bagi saya. Bingung harus memulai darimana, harus menceritakan apa, dan apa yang menarik untuk saya publikasikan disini. Membutuhkan waktu untuk sedikit bernostalgia mengingat-ingat apa yang menarik untuk saya ceritakan disini sambil merangkainya dengan kata- kata untuk saya sajikan dalam beberapa paragraf.

Sembilan belas tahun silam, tepatnya pada tanggal 15 September 1993 adalah kali pertama saya menampakkan diri di muka bumi. Terlahir dalam keadaan sehat tanpa kekurangan adalah anugerah luar biasa dari Sang Maha Esa. Saya merupakan anak kedua dari pasangan suami-istri Wagiman dan Suhartini. Mereka memberi nama saya Estin Widhiastuti, atau biasa dipanggil Estin.

Saya memiliki seorang kakak bernama Arnold Yudhistianto. Kami adalah dua bersaudara. Dirumah, kami hanya tinggal ber-empat. Memiliki keluarga kecil nan harmonis merupakan kebahagiaan. Hidup dalam kesederhanaan merekatkan tali kasih diantara kami. Dibesarkan di sebuah keluarga yang tak pernah kehabisan cinta kasih, saya bagai dihadiahkan oleh Tuhan.

Seperti anak lain pada umunya, kedua orangtua saya adalah superhero di dalam keluarga. Sedikit cerita tentang orangtua saya, Bapak saya adalah anak pedesaan yang merantau mengadu nasib di Jakarta. Hanya bermodalkan ijazah SMP nya, beliau berangkat ke Jakarta dan tinggal bersama om dan tantenya. Berdasarkan cerita yang saya dengar, Bapak saya adalah orang yang ulet dalam bekerja. Semasa muda, ia bekerja apa saja tanpa pilah-pilah dan memikirkan rasa malu demi mendapatkan penghidupan yang lebih layak. Sedangakan Ibu saya adalah seorang anak dari keluarga sederhana yang juga tinggal di Jakarta. Entah bagaimana caranya mereka bertemu hingga benih-benih kasih itu ada, saya tidak tahu. Namun keuletan Bapak saya memang mampu memikat hati Ibu saya. Kemudian mereka menikah hingga lahir kakak saya dan saya.

Pahit-manisnya kehidupan telah mereka jalani dalam membesarkan kami. Pada suatu saat Bapak saya memutuskan untuk menjadi seorang wiraswasta. Dalam beberapa tahun usaha keluarga saya berjalan lancar dan menjadi tumpuan hidup keluarga kami. Hingga pada suatu saat kami dihadapkan oleh keadaan dimana usaha keluarga saya jatuh. Itu merupakan sebuah ujian dari Tuhan pada masa itu. Namun Bapak saya selalu mengatakan bahwa kehidupan ini seperti roda yang berputar. Terkadang kita berada diatas, terkadang kita berada di bawah. Tuhan itu adil pada setiap umatnya. Rasa percaya kepada Tuhan yang membuat Bapak saya kembali bangkit dan melanjutkan usahanya. Allah memang memberikan proporsi yang berbeda dalam setiap ujian yang diberikan kepada umat sesuai kemampuannya.

Bicara soal pendidikan, saya sudah diperkenalkan sejak kecil. Di umur 2 tahun, saya sudah ikut pengajian yang letaknya tidak jauh dari rumah. Hingga pada tahun 1997, di saat saya menginjak umur 4 tahun saya bersekolah di Taman Bermain Kanak-kanak (TK) Harapan. Saya bersekolah di TK harapan selama dua tahun (TK A dan TK B). Tidak banyak hal menarik yang bisa saya ceritakan dari pengalaman kala itu. Selayaknya kegiatan di TK pada umumnya, saya hanya bermain, menggambar, mewarnai, menulis, dan menghitung.

Semasa duduk di bangku TK, saya di antar-jemput oleh Ibu saya. Saya akui, saya termasuk anak yang manja. Disaat para ibu lain menunggu anaknya di luar kelas atau sekedar sesekali mengintip dari balik jendela, tak jarang Ibu saya ikut masuk ke dalam kelas menemani saya belajar hingga jam pelajaran usai. Betapa sabarnya Ibu menemani saya kala itu. Tidak dibiarkannya saya menangis di dalam kelas karena ketakutan saat mendapati beliau tidak berada di samping saya.

Dua tahun berlalu dari masa itu. Saya menginjak usia 6 tahun. Saya melanjutkan sekolah di sebuah SD Swasta bernama SD Harapan. SD ini masih satu instansi dengan TK saya dahulu. Di sekolah tersebut saya menemukan banyak teman baru.  Enam tahun bersekolah disana saya bagai menemukan keluarga baru. Semasa SD, saya banci tampil di setiap pentas seni yang diadakan. Karena saya hobi menari, saya tidak pernah absen tampil di saat pentas seni bersama teman-teman saya yang rutin berlatih di sebuah sanggar tari yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Dari mulai tarian tradisional hingga modern kami pertunjukkan. Tak hanya itu, disaat saya kelas empat saya pernah mempertunjukkan sebuah drama bersama dimana saya lah yang menjadi salah satu pemeran utamanya. Selain itu, saya juga pernah mengisi acara pentas seni dengan menyanyi bersama teman-teman saya. Bahagia bukan?

Kemudian saya lulus dari SD pada tahun 2005. Alhamdulillah lulus tepat pada waktunya dan memperoleh nilai yang cukup untuk melanjutkan sekolah ke SMP tujuan. SMPN 10 Jakarta adalah tempat saya menghabiskan masa belia. SMP 10 merupakan salah satu SMP favorit di Jakarta Pusat. Beruntunglah saya bisa masuk menjadi salah satu siswi disana. Di sekolah ini saya diberi kesempatan untuk bergabung bersama salah satu organisasi bernama “Dasa Media”. Dasa media merupakan nama sebuah bulletin sekolah yang rutin diterbitkan setiap tiga bulan sekali. Saya bersama wartawan cilik lainnya memburu berita ter-update dari sekolah. Menyajikan berita terhangat seputar prestasi, acara serta kegiatan sekolah pada kala itu.

Semasa SMP, ketertarikan saya dalam dunia tulis menulis mulai muncul. Saya mulai senang menulis cerpen dan puisi. Selain itu saya juga suka menumpahkan segala perasaan dari mulai sedih hingga senang di dalam buku diary. Pada saat saya SMP, buku diary memang teman terbaik para anak perempuan untuk bercerita.

Tiga tahun di SMP bukanlah waktu yang lama untuk saya. masa itu berlalu dengan cepat tanpa terasa dan berhasil mengantarkan saya menjadi seorang remaja. Tepat di tahun 2008 saya resmi menjadi siswi berseragam putih abu-abu. Banyak orang bilang masa putih abu-abu adalah fase paling menyenangkan semasa sekolah. Fase perubahan dimana kita bermetamorfosa dari belia menjadi seorang remaja. Masa dimana kita belajar untuk menjadi dewasa. Masa dimana terdapat banyak cerita dan kenangan tak terlupakan.

Apa jawaban saya atas perkataan orang tentang masa putih abu-abu? Tepat. Itu adalah kata yang mewakili kebenaran dari semua pendapat banyak orang tentang masa putih abu-abu. Putih abu-abu menorehkan banyak kenangan dalam hidup saya. Memberi saya kisah baru dalam perjalanan hidup yang tak akan pernah terlupa dan rindu ingin mengulang saat-saat itu.

Masa putih abu-abu saya habiskan di sebuah SMA yang letaknya tidak jauh dari SMP saya sebelumnya. SMAN 5 Jakarta telah berjasa dalam mengukir banyak kisah saya selama tiga tahun disana. Tiga tahun yang penuh akan kenangan di dalamnya. Bisa dibilang putih abu-abu adalah masa favorit bagi saya.

Saya bisa tertawa lepas tanpa beban. Merasakan indahnya masa-masa itu bersama teman-teman. Tapi lagi-lagi tiga tahun bukanlah waktu yang lama. Tak terasa perpisahan pun tiba juga. Kehidupan masa depan terpampang nyata di depan mata. Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Kita hanya diharuskan untuk melihat dunia luar. Mengenyam pendidikan di bangku kuliah hingga menjadi orang sukses dan kemudian bertemu kembali pada suatu waktu.

Setelah kelulusan tiba, saya masih disibukkan dengan les intensif untuk masuk perguruan tinggi. Ya, dengan les intensif saya berharap dapat disediakan media untuk belajar dan dibekali banyak persiapan untuk menyambut Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Namun apa mau dikata, takdir berkata lain. Dari mulai SNPMTN undangan, SNPMTN tertulis, SIMAK UI, hingga UMB saya ikuti tapi mungkin masih belum rezeki. Mungkin Allah telah mempersiapkan rencana lain yang lebih indah untuk saya.

Setelah itu saya menyibukkan diri menyeleksi universitas-universitas swasta mana yang akan saya ambil. Dan pilihan saya jatuh pada tempat dimana saya berkuliah sekarang ini, Universitas Gunadarma. Saya berkeputusan untuk mengambil kampus di daerah Depok. Jauh memang dari tempat tinggal saya, namun akses menuju kampus Depok lebih mudah dicapai.

Saat ini saya menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswi akuntansi. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya ingin melanjutkan studi di bidang akuntansi. Karena sesuai latar belakang saya semasa SMA, saya mengambil jurusan IPA. Harusnya  saya melanjutkannya di Perguruan Tinggi, tapi saya lebih memilih jurusan akuntansi. Karena menurut saya jurusan ini prospek ke depannya.

Saya mempercayai Universitas Gunadarma sebagai media untuk saya belajar dan menambah pengetahuan hingga saya bergelar sarjana nantinya. Disini saya banyak menemukan teman baru. Dengan karakter yang berbeda-beda tetapi tetap asik dengan caranya masing-masing. Harapan saya semoga saya bisa lulus tepat pada waktunya dan bermanfaat bagi keluarga, bangsa, dan agama. Aamiin..


Begitulah cerita tentang saya. Tidak banyak memang pengalaman hidup yang bisa saya bagi disini. Saya pun masih belajar dan terus berpetualang mencari pengalaman-pengalaman baru sebagai bekal kehidupan. Semoga di lain kesempatan, saya bisa membagi pengalaman hidup yang lebih menarik lagi untuk dibaca. Terimakasih.