Selasa, 07 Juli 2015

20 Februari

Kebisingan membangunkan jiwa ini dari tidur lelapnya. Jiwa yang sedang tertidur pulas dari kenyataan. Kenyataan yang  tidak seindah harapan. Hari ini tanggal 20 februari. Berulang kali reminder di ponsel saya mengingatkan saya, hari ini tepat tahun kedua saya bersama kamu. Iya, seharusnya begitu. Tapi hari ini tidak seindah seperti tahun sebelumnya.

Hari ini tidak ada yang namanya anniversary. Tidak ada surprise, ucapan, kado, dan bunga seperti tahun lalu. Yang lebih menyesakkan adalah hari ini tidak ada kamu dan senyuman kita. Semua sudah berubah. Namun satu yang perlu kamu tahu, ada sesuatu yang tidak pernah berubah. Namanya cinta. Ia masih tetap bersama saya dan tinggal menetap dalam jiwa. Entah sampai kapan, mungkin sampai ia jenuh tinggal dalam hati yang bentuknya sudah tidak utuh ini dan akhirnya akan mencari tempat bernaung lain atau mungkin tetap tinggal untuk selamanya. Bagaimana dengan kamu? Saya tidak tahu. Saya bukan seorang cenayang. Saya tidak ingin menerka-nerka.

Mungkin untuk sebagian orang saya adalah makhluk munafik. Mungkin bagi kamu juga begitu. Saya akui rasa itu masih ada. Tapi ketahuilah, cinta itu butuh keadaan. Dan keadaan saat ini sungguh tidak memungkinkan bagi kita. Terutama bagi saya. Tentu kamu sudah tahu alasannya mengapa. Hanya saja kamu belum mengerti. Atau pura-pura tidak mengerti.

Saya paham menjalani sebuah hubungan memang tidak seperti berjalan di jalan tol yang mulus, lancar tanpa hambatan. Sama halnya dengan sebuah pohon, semakin ia tumbuh tinggi semakin besar angin yang menerpanya. Begitu juga hubungan kita, semakin lama semakin besar ujiannya. Hidup ini memang pelik. Penuh dengan ujian. Tapi seharusnya kita bisa melewatinya. Iya, seharusnya.

Sedikitpun saya tidak pernah membayangkan saya akan jatuh cinta sama kamu sebelumnya, bermimpi pun saya takut. Karena payung pertemanan ini begitu teduh. Tapi sungguh, kebersamaan memang perlahan bisa membangun sebuah cinta. Seperti kamu yang masuk ke kehidupan saya begitu saja dan tanpa sengaja, mengalir mengikuti arus. Hingga arus itu membawa kita ke dalam sebuah zona nyaman. Saya menyadari bahaya mulai mengancam. Bahaya yang datang dari perasaan yang mulai tumbuh begitu saja. Saya tau kamu mulai menyukai saya. Saya juga diam-diam ikut terhanyut dalam perasaan yang semakin hari kian tak menentu itu. Buat saya kamu itu beda. Kamu mencuri hati saya dengan cara yang tidak biasa. Kamu itu menarik. Cara kamu mencintai saya tidak seperti mereka. Itulah sebabnya saya bersedia membiarkan kamu mengisi ruang-ruang di hati saya dengan cinta yang kamu punya. Saya mengizinkan kamu memiliki seluruh hati saya tanpa ragu. Saya titipkan hati saya untuk kamu jaga dan kamu bawa setiap harinya, supaya kamu bisa lihat keadaan hati saya setiap waktu.

Dua tahun yang lalu, tepat hari ini merupakan hari jadi kita. Tanpa kamu ingatkan pun saya ingat. Tanpa perlu kamu buat saya menangis, saya sudah menangis sebelum hari ini tiba. Flashback di dua tahun yang lalu, gedung bioskop di TIM beserta isinya menjadi saksi bersatunya cinta kita. Saya tidak pernah melupakan sedikitpun moment di hari bersejarah buat kita.

Tahun pertama saya bersama kamu semua terasa indah hampir tanpa cacat. Saya selalu suka membangun angan bersama kamu. Tentang kita, tentang masa depan kita. Saya mencintaimu lebih dalam lagi setiap harinya. Saya tidak pernah bosan menghabiskan waktu bersama kamu. Saya selalu ingat kata-katamu supaya tidak membiarkan rasa bosan menjalar dalam diri kita. Karena, perlahan tapi pasti kita akan lebih sering bersama nantinya. Lebih sering dari hari ini dan kemarin. Iya, tapi itu dulu.

Banyak sekali waktu yang kita lewati bersama. Tak terhitung jumlahnya. Semua terekam jelas dalam memori pikiran saya. Dan akan tetap begitu, menjadi sebuah kenangan yang takkan bisa kita ulang.

Hari ini harusnya kita bahagia. Hari ini harusnya kamu dan saya masih menggenggam tangan satu sama lainnya, dan masih menjadi tempat bersandar paling nyaman diantara bahu-bahu lainnya. Hari ini harusnya kamu dan saya berada di suatu tempat dan merayakannya. Harusnya….harusnya….dan harusnya. Terlalu banyak kata “harusnya” yang tak semestinya diucapkan. Ah sudahlah, abaikan. Penyesalan memang tidak pernah datang di awal. Mungkin lebih baik saya mengenang hari ini sendiri saja. Oh iya, tidak sendiri. Saya masih bertemankan kecewa.

“HAPPY FAILED ANNIVERSARY”, Kesayangan.

Mungkin saya jauh dari kata sempurna di mata kamu. Mungkin saya tidak layak bersama kamu saat ini, atau mungkin kamu yang membuat saya tidak layak bersamamu. Mungkin saya tidak baik untuk kamu atau mungkin sebaliknya. Itulah mengapa Tuhan memisahkan kita dengan jalan yang cukup mengecewakan bagi saya.

Ketahuilah, saya tidak pernah menyesal pernah mengenalmu, apalagi mencintai kamu. Saya bahagia pernah kamu izinkan menjadi bagian dihidupmu. Saya hanya saja sedang bersedih. Menangisi keadaan dan mempertanyakan mengapa kamu begini dan mengapa kamu begitu, atau lebih tepatnya mengapa kecewa itu bisa datang menghampiri. Tapi saya patut berterimakasih, ini menjadikan saya lebih dewasa.

Maaf jika selama setahun lebih ini saya tidak bisa menjadi sosok yang kamu harapkan. Maaf jika saya tidak bisa menyempurnakanmu dengan ketidaksempurnaan yang saya punya. Maaf jika kamu merasa tidak bahagia dengan saya. Semoga suatu saat kamu bisa bahagia, walau bukan dengan saya. Dan jika itu terjadi, doakan semoga saya bisa melupakan kamu suatu saat nanti.

-Dari saya, yang masih dan akan tetap menyayangi kamu-