Menulis adahal hal yang menyenangkan bagi saya. Namun ketika
diminta untuk menguraikan siapa saya kepada khalayak ada kesulitan tersendiri
bagi saya. Bingung harus memulai darimana, harus menceritakan apa, dan apa yang
menarik untuk saya publikasikan disini. Membutuhkan waktu untuk sedikit
bernostalgia mengingat-ingat apa yang menarik untuk saya ceritakan disini
sambil merangkainya dengan kata- kata untuk saya sajikan dalam beberapa
paragraf.
Sembilan belas tahun silam, tepatnya pada tanggal 15
September 1993 adalah kali pertama saya menampakkan diri di muka bumi. Terlahir
dalam keadaan sehat tanpa kekurangan adalah anugerah luar biasa dari Sang Maha
Esa. Saya merupakan anak kedua dari pasangan suami-istri Wagiman dan Suhartini.
Mereka memberi nama saya Estin Widhiastuti, atau biasa dipanggil Estin.
Saya memiliki seorang kakak bernama Arnold Yudhistianto. Kami
adalah dua bersaudara. Dirumah, kami hanya tinggal ber-empat. Memiliki keluarga
kecil nan harmonis merupakan kebahagiaan. Hidup dalam kesederhanaan merekatkan
tali kasih diantara kami. Dibesarkan di sebuah keluarga yang tak pernah
kehabisan cinta kasih, saya bagai dihadiahkan oleh Tuhan.
Seperti anak lain pada umunya, kedua orangtua saya adalah superhero di dalam keluarga. Sedikit
cerita tentang orangtua saya, Bapak saya adalah anak pedesaan yang merantau
mengadu nasib di Jakarta. Hanya bermodalkan ijazah SMP nya, beliau berangkat ke
Jakarta dan tinggal bersama om dan tantenya. Berdasarkan cerita yang saya
dengar, Bapak saya adalah orang yang ulet dalam bekerja. Semasa muda, ia
bekerja apa saja tanpa pilah-pilah dan memikirkan rasa malu demi mendapatkan
penghidupan yang lebih layak. Sedangakan Ibu saya adalah seorang anak dari
keluarga sederhana yang juga tinggal di Jakarta. Entah bagaimana caranya mereka
bertemu hingga benih-benih kasih itu ada, saya tidak tahu. Namun keuletan Bapak
saya memang mampu memikat hati Ibu saya. Kemudian mereka menikah hingga lahir
kakak saya dan saya.
Pahit-manisnya kehidupan telah mereka jalani dalam
membesarkan kami. Pada suatu saat Bapak saya memutuskan untuk menjadi seorang
wiraswasta. Dalam beberapa tahun usaha keluarga saya berjalan lancar dan
menjadi tumpuan hidup keluarga kami. Hingga pada suatu saat kami dihadapkan
oleh keadaan dimana usaha keluarga saya jatuh. Itu merupakan sebuah ujian dari
Tuhan pada masa itu. Namun Bapak saya selalu mengatakan bahwa kehidupan ini
seperti roda yang berputar. Terkadang kita berada diatas, terkadang kita berada
di bawah. Tuhan itu adil pada setiap umatnya. Rasa percaya kepada Tuhan yang
membuat Bapak saya kembali bangkit dan melanjutkan usahanya. Allah memang
memberikan proporsi yang berbeda dalam setiap ujian yang diberikan kepada umat
sesuai kemampuannya.
Bicara soal pendidikan, saya sudah diperkenalkan sejak kecil.
Di umur 2 tahun, saya sudah ikut pengajian yang letaknya tidak jauh dari rumah.
Hingga pada tahun 1997, di saat saya menginjak umur 4 tahun saya bersekolah di
Taman Bermain Kanak-kanak (TK) Harapan. Saya bersekolah di TK harapan selama
dua tahun (TK A dan TK B). Tidak banyak hal menarik yang bisa saya ceritakan
dari pengalaman kala itu. Selayaknya kegiatan di TK pada umumnya, saya hanya
bermain, menggambar, mewarnai, menulis, dan menghitung.
Semasa duduk di bangku TK, saya di antar-jemput oleh Ibu
saya. Saya akui, saya termasuk anak yang manja. Disaat para ibu lain menunggu
anaknya di luar kelas atau sekedar sesekali mengintip dari balik jendela, tak
jarang Ibu saya ikut masuk ke dalam kelas menemani saya belajar hingga jam
pelajaran usai. Betapa sabarnya Ibu menemani saya kala itu. Tidak dibiarkannya
saya menangis di dalam kelas karena ketakutan saat mendapati beliau tidak
berada di samping saya.
Dua tahun berlalu dari masa itu. Saya menginjak usia 6 tahun.
Saya melanjutkan sekolah di sebuah SD Swasta bernama SD Harapan. SD ini masih
satu instansi dengan TK saya dahulu. Di sekolah tersebut saya menemukan banyak
teman baru. Enam tahun bersekolah disana
saya bagai menemukan keluarga baru. Semasa SD, saya banci tampil di setiap pentas seni yang diadakan. Karena saya hobi
menari, saya tidak pernah absen tampil di saat pentas seni bersama teman-teman
saya yang rutin berlatih di sebuah sanggar tari yang letaknya tidak jauh dari
sekolah. Dari mulai tarian tradisional hingga modern kami pertunjukkan. Tak
hanya itu, disaat saya kelas empat saya pernah mempertunjukkan sebuah drama
bersama dimana saya lah yang menjadi salah satu pemeran utamanya. Selain itu,
saya juga pernah mengisi acara pentas seni dengan menyanyi bersama teman-teman
saya. Bahagia bukan?
Kemudian saya lulus dari SD pada tahun 2005. Alhamdulillah lulus tepat pada waktunya
dan memperoleh nilai yang cukup untuk melanjutkan sekolah ke SMP tujuan. SMPN
10 Jakarta adalah tempat saya menghabiskan masa belia. SMP 10 merupakan salah
satu SMP favorit di Jakarta Pusat. Beruntunglah saya bisa masuk menjadi salah
satu siswi disana. Di sekolah ini saya diberi kesempatan untuk bergabung
bersama salah satu organisasi bernama “Dasa Media”. Dasa media merupakan nama
sebuah bulletin sekolah yang rutin diterbitkan setiap tiga bulan sekali. Saya
bersama wartawan cilik lainnya memburu berita ter-update dari sekolah. Menyajikan berita terhangat seputar prestasi, acara
serta kegiatan sekolah pada kala itu.
Semasa SMP, ketertarikan saya dalam dunia tulis menulis mulai
muncul. Saya mulai senang menulis cerpen dan puisi. Selain itu saya juga suka
menumpahkan segala perasaan dari mulai sedih hingga senang di dalam buku diary.
Pada saat saya SMP, buku diary memang teman terbaik para anak perempuan untuk
bercerita.
Tiga tahun di SMP bukanlah waktu yang lama untuk saya. masa
itu berlalu dengan cepat tanpa terasa dan berhasil mengantarkan saya menjadi
seorang remaja. Tepat di tahun 2008 saya resmi menjadi siswi berseragam putih
abu-abu. Banyak orang bilang masa putih abu-abu adalah fase paling menyenangkan
semasa sekolah. Fase perubahan dimana kita bermetamorfosa dari belia menjadi
seorang remaja. Masa dimana kita belajar untuk menjadi dewasa. Masa dimana
terdapat banyak cerita dan kenangan tak terlupakan.
Apa jawaban saya atas perkataan orang tentang masa putih
abu-abu? Tepat. Itu adalah kata yang mewakili kebenaran dari semua pendapat
banyak orang tentang masa putih abu-abu. Putih abu-abu menorehkan banyak
kenangan dalam hidup saya. Memberi saya kisah baru dalam perjalanan hidup yang
tak akan pernah terlupa dan rindu ingin mengulang saat-saat itu.
Masa putih abu-abu saya habiskan di sebuah SMA yang letaknya
tidak jauh dari SMP saya sebelumnya. SMAN 5 Jakarta telah berjasa dalam
mengukir banyak kisah saya selama tiga tahun disana. Tiga tahun yang penuh akan
kenangan di dalamnya. Bisa dibilang putih abu-abu adalah masa favorit bagi
saya.
Saya bisa tertawa lepas tanpa beban. Merasakan indahnya
masa-masa itu bersama teman-teman. Tapi lagi-lagi tiga tahun bukanlah waktu
yang lama. Tak terasa perpisahan pun tiba juga. Kehidupan masa depan terpampang
nyata di depan mata. Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Kita hanya
diharuskan untuk melihat dunia luar. Mengenyam pendidikan di bangku kuliah
hingga menjadi orang sukses dan kemudian bertemu kembali pada suatu waktu.
Setelah kelulusan tiba, saya masih disibukkan dengan les
intensif untuk masuk perguruan tinggi. Ya, dengan les intensif saya berharap
dapat disediakan media untuk belajar dan dibekali banyak persiapan untuk
menyambut Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Namun apa mau dikata, takdir
berkata lain. Dari mulai SNPMTN undangan, SNPMTN tertulis, SIMAK UI, hingga UMB
saya ikuti tapi mungkin masih belum rezeki. Mungkin Allah telah mempersiapkan
rencana lain yang lebih indah untuk saya.
Setelah itu saya menyibukkan diri menyeleksi universitas-universitas
swasta mana yang akan saya ambil. Dan pilihan saya jatuh pada tempat dimana
saya berkuliah sekarang ini, Universitas Gunadarma. Saya berkeputusan untuk
mengambil kampus di daerah Depok. Jauh memang dari tempat tinggal saya, namun
akses menuju kampus Depok lebih mudah dicapai.
Saat ini saya menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswi
akuntansi. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya ingin melanjutkan studi di
bidang akuntansi. Karena sesuai latar belakang saya semasa SMA, saya mengambil
jurusan IPA. Harusnya saya
melanjutkannya di Perguruan Tinggi, tapi saya lebih memilih jurusan akuntansi. Karena
menurut saya jurusan ini prospek ke depannya.
Saya mempercayai Universitas Gunadarma sebagai media untuk
saya belajar dan menambah pengetahuan hingga saya bergelar sarjana nantinya. Disini
saya banyak menemukan teman baru. Dengan karakter yang berbeda-beda tetapi
tetap asik dengan caranya masing-masing. Harapan saya semoga saya bisa lulus
tepat pada waktunya dan bermanfaat bagi keluarga, bangsa, dan agama. Aamiin..
Begitulah cerita tentang saya. Tidak banyak memang pengalaman
hidup yang bisa saya bagi disini. Saya pun masih belajar dan terus berpetualang
mencari pengalaman-pengalaman baru sebagai bekal kehidupan. Semoga di lain
kesempatan, saya bisa membagi pengalaman hidup yang lebih menarik lagi untuk
dibaca. Terimakasih.