Kebisingan membangunkan jiwa ini dari tidur lelapnya. Jiwa
yang sedang tertidur pulas dari kenyataan. Kenyataan yang tidak seindah harapan. Hari ini tanggal 20
februari. Berulang kali reminder di ponsel saya mengingatkan saya, hari ini
tepat tahun kedua saya bersama kamu. Iya, seharusnya begitu. Tapi hari ini
tidak seindah seperti tahun sebelumnya.
Hari ini tidak ada yang namanya anniversary. Tidak ada
surprise, ucapan, kado, dan bunga seperti tahun lalu. Yang lebih menyesakkan
adalah hari ini tidak ada kamu dan senyuman kita. Semua sudah berubah. Namun
satu yang perlu kamu tahu, ada sesuatu yang tidak pernah berubah. Namanya
cinta. Ia masih tetap bersama saya dan tinggal menetap dalam jiwa. Entah sampai
kapan, mungkin sampai ia jenuh tinggal dalam hati yang bentuknya sudah tidak
utuh ini dan akhirnya akan mencari tempat bernaung lain atau mungkin tetap
tinggal untuk selamanya. Bagaimana dengan kamu? Saya tidak tahu. Saya bukan
seorang cenayang. Saya tidak ingin menerka-nerka.
Mungkin untuk sebagian orang saya adalah makhluk munafik.
Mungkin bagi kamu juga begitu. Saya akui rasa itu masih ada. Tapi ketahuilah,
cinta itu butuh keadaan. Dan keadaan saat ini sungguh tidak memungkinkan bagi
kita. Terutama bagi saya. Tentu kamu sudah tahu alasannya mengapa. Hanya saja
kamu belum mengerti. Atau pura-pura tidak mengerti.
Saya paham menjalani sebuah hubungan memang tidak seperti
berjalan di jalan tol yang mulus, lancar tanpa hambatan. Sama halnya dengan
sebuah pohon, semakin ia tumbuh tinggi semakin besar angin yang menerpanya.
Begitu juga hubungan kita, semakin lama semakin besar ujiannya. Hidup ini
memang pelik. Penuh dengan ujian. Tapi seharusnya kita bisa melewatinya. Iya,
seharusnya.
Sedikitpun saya tidak pernah membayangkan saya akan jatuh
cinta sama kamu sebelumnya, bermimpi pun saya takut. Karena payung pertemanan
ini begitu teduh. Tapi sungguh, kebersamaan memang perlahan bisa membangun
sebuah cinta. Seperti kamu yang masuk ke kehidupan saya begitu saja dan tanpa
sengaja, mengalir mengikuti arus. Hingga arus itu membawa kita ke dalam sebuah
zona nyaman. Saya menyadari bahaya mulai mengancam. Bahaya yang datang dari
perasaan yang mulai tumbuh begitu saja. Saya tau kamu mulai menyukai saya. Saya
juga diam-diam ikut terhanyut dalam perasaan yang semakin hari kian tak menentu
itu. Buat saya kamu itu beda. Kamu mencuri hati saya dengan cara yang tidak
biasa. Kamu itu menarik. Cara kamu mencintai saya tidak seperti mereka. Itulah
sebabnya saya bersedia membiarkan kamu mengisi ruang-ruang di hati saya dengan
cinta yang kamu punya. Saya mengizinkan kamu memiliki seluruh hati saya tanpa
ragu. Saya titipkan hati saya untuk kamu jaga dan kamu bawa setiap harinya,
supaya kamu bisa lihat keadaan hati saya setiap waktu.
Dua tahun yang lalu, tepat hari ini merupakan hari jadi kita.
Tanpa kamu ingatkan pun saya ingat. Tanpa perlu kamu buat saya menangis, saya
sudah menangis sebelum hari ini tiba. Flashback di dua tahun yang lalu, gedung
bioskop di TIM beserta isinya menjadi saksi bersatunya cinta kita. Saya tidak
pernah melupakan sedikitpun moment di hari bersejarah buat kita.
Tahun pertama saya bersama kamu semua terasa indah hampir
tanpa cacat. Saya selalu suka membangun angan bersama kamu. Tentang kita,
tentang masa depan kita. Saya mencintaimu lebih dalam lagi setiap harinya. Saya
tidak pernah bosan menghabiskan waktu bersama kamu. Saya selalu ingat
kata-katamu supaya tidak membiarkan rasa bosan menjalar dalam diri kita.
Karena, perlahan tapi pasti kita akan lebih sering bersama nantinya. Lebih
sering dari hari ini dan kemarin. Iya, tapi itu dulu.
Banyak sekali waktu yang kita lewati bersama. Tak terhitung
jumlahnya. Semua terekam jelas dalam memori pikiran saya. Dan akan tetap
begitu, menjadi sebuah kenangan yang takkan bisa kita ulang.
Hari ini harusnya kita bahagia. Hari ini harusnya kamu dan
saya masih menggenggam tangan satu sama lainnya, dan masih menjadi tempat
bersandar paling nyaman diantara bahu-bahu lainnya. Hari ini harusnya kamu dan
saya berada di suatu tempat dan merayakannya. Harusnya….harusnya….dan harusnya.
Terlalu banyak kata “harusnya” yang tak semestinya diucapkan. Ah sudahlah,
abaikan. Penyesalan memang tidak pernah datang di awal. Mungkin lebih baik saya
mengenang hari ini sendiri saja. Oh iya, tidak sendiri. Saya masih bertemankan
kecewa.
“HAPPY FAILED ANNIVERSARY”, Kesayangan.
Mungkin saya jauh dari kata sempurna di mata kamu. Mungkin
saya tidak layak bersama kamu saat ini, atau mungkin kamu yang membuat saya
tidak layak bersamamu. Mungkin saya tidak baik untuk kamu atau mungkin
sebaliknya. Itulah mengapa Tuhan memisahkan kita dengan jalan yang cukup
mengecewakan bagi saya.
Ketahuilah, saya tidak pernah menyesal pernah mengenalmu,
apalagi mencintai kamu. Saya bahagia pernah kamu izinkan menjadi bagian
dihidupmu. Saya hanya saja sedang bersedih. Menangisi keadaan dan
mempertanyakan mengapa kamu begini dan mengapa kamu begitu, atau lebih tepatnya
mengapa kecewa itu bisa datang menghampiri. Tapi saya patut berterimakasih, ini
menjadikan saya lebih dewasa.
Maaf jika selama setahun lebih ini saya tidak bisa menjadi
sosok yang kamu harapkan. Maaf jika saya tidak bisa menyempurnakanmu dengan
ketidaksempurnaan yang saya punya. Maaf jika kamu merasa tidak bahagia dengan
saya. Semoga suatu saat kamu bisa bahagia, walau bukan dengan saya. Dan jika
itu terjadi, doakan semoga saya bisa melupakan kamu suatu saat nanti.
-Dari saya, yang masih dan akan tetap menyayangi kamu-