Jumat, 25 Januari 2013

Belum sempat mengering


Hari ini dunia terasa hening. Jauh dari kehiruk-pikukan. Entah apakah semesta ini sedang berduka, atau hanya saya dan dunia saya yang merasakan heningnya. Seketika saya teradar dari lamunan panjang. Saya tengok ke sekeliling. Langit masih cerah. Memang penghuni semesta tidak sedang berduka. Hanya saya yang berduka.

Saya berduka di atas luka. Luka di atas luka yang belum sempat mengering. Masih terasa perih bekas sayatannya. Bahkan semakin perih saja saat luka baru itu datang. Luka ini begitu dalam. Harusnya kamu membantu saya menyembuhkannya. Bukan justru membuat sayatan baru pada bagian yang sama. Tepat pada bagian yang sama seperti hari kemarin.

Saat pertama kali kamu kenalkan saya dengan rasa luka, kamu tidak pernah mengenalkan saya dengan obatnya. Persis seperti yang kamu lakukan saat ini. Masih sama seperti hari kemarin. Satu atau dua buah luka masih bisa saya sembunyikan. Masih bisa saya tutupi rapat-rapat meski lambat laun akan terlihat juga. Tapi banyaknya goresan luka membuat hati ini seakan tidak bernyawa. Tergeletak tiada berdaya. Butuh waktu yang lama untuk menyembuhkannya.

Tak berapa lama kemudian..
Kamu datang meminta saya menghapus luka. Luka yang pernah kamu acuhkan. Bagaimana mungkin luka yang belum mengering ini bisa hilang? Jangan paksa luka ini mengering sebelum waktunya.

Saya tidak ingin membuka luka lama. Saya tidak ingin merasakan perih untuk yang kesekian kali. Untuk apa saya menyembuhkan luka ini jika nantinya akan terjadi luka-luka lain pada bagian yang sama. Sayangnya hati ini tidak terbuat dari baja. Sangat rapuh dan mudah jatuh. Dengan adanya kamu disini membuat luka itu sulit mengering. Sudahlah tidak usah berpura-pura peduli. Jangan membuat air mata ini keluar lebih banyak lagi. Biarkanlah luka itu terbungkus rapih bersama kenangan. Tersimpan rapat-rapat dalam memori bernama masa lalu. Menghapus luka tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar