Rabu, 23 Januari 2013

Titip rindu untuk kamu


Aku sampaikan kerinduan lewat untaian kata dalam paragraf ini. Bukan kata-kata indah bernafaskan cinta yang akan aku tuliskan. Melainkan ungkapan rindu dengan cara yang sederhana.

Kemarin, aku titipkan rasa rindu ini kepada embun di pagi hari. Adakah kau rasakan kesejukannya?

Aku sampaikan pula kerinduan ini kepada sang mentari. Adakah kau rasakan seberkas sinarnya?

Lalu, aku salamkan rasa rindu ini lewat hembusan angin. Adakah kau rasakan tiupannya?

Kemudian, aku alirkan rasa rinduku bersama rintikan air hujan. Adakah kau rasakan deras alirannya?

Aku memandang ke langit luas. Sang surya masih menerangi muka bumi. Begitu hangat pancaran sinarnya. Seperti hangatnya kerinduan ini yang tak terbendungkan.

Perlahan sang surya menghilang ditelan senja dan digantikan oleh rembulan malam. Cobalah kau tengok sejenak ke atas mega. Kerlipan bintang-bintang ikut menerangi gelapnya malam ini. Mereka tidak sendirian. Tidak sepertiku yang sendirian dan larut dalam kerinduan.

Aku ingin menyapamu lewat nyanyian. Membisikkanmu kata-kata rindu. Memandangi indahnya langit bertabur bintang.
“Ah! Mungkinkah itu semua?”, gerutuku.

Aku rasakan hembusan angin yang berirama lembut. Aku tarik nafasku dalam-dalam. Berharap rinduku sedikit terlepas dari dalam jiwa. Karena aku tahu hembusan angin yang sama akan menghampirimu. Setidaknya aku masih bisa merasakan angin yang sama dengan kamu. Sehingga nada-nada kerinduan ini masih dalam ketukan yang wajar.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar