Aku sampaikan kerinduan lewat untaian kata dalam paragraf
ini. Bukan kata-kata indah bernafaskan cinta yang akan aku tuliskan. Melainkan
ungkapan rindu dengan cara yang sederhana.
Kemarin, aku titipkan rasa rindu ini kepada embun di pagi
hari. Adakah kau rasakan kesejukannya?
Aku sampaikan pula kerinduan ini kepada sang mentari. Adakah
kau rasakan seberkas sinarnya?
Lalu, aku salamkan rasa rindu ini lewat hembusan angin.
Adakah kau rasakan tiupannya?
Kemudian, aku alirkan rasa rinduku bersama rintikan air
hujan. Adakah kau rasakan deras alirannya?
Aku memandang ke langit luas. Sang surya masih menerangi muka
bumi. Begitu hangat pancaran sinarnya. Seperti hangatnya kerinduan ini yang tak
terbendungkan.
Perlahan sang surya menghilang ditelan senja dan digantikan
oleh rembulan malam. Cobalah kau tengok sejenak ke atas mega. Kerlipan
bintang-bintang ikut menerangi gelapnya malam ini. Mereka tidak sendirian.
Tidak sepertiku yang sendirian dan larut dalam kerinduan.
Aku ingin menyapamu lewat nyanyian. Membisikkanmu kata-kata
rindu. Memandangi indahnya langit bertabur bintang.
“Ah! Mungkinkah itu semua?”, gerutuku.
Aku rasakan hembusan angin yang berirama lembut. Aku tarik
nafasku dalam-dalam. Berharap rinduku sedikit terlepas dari dalam jiwa. Karena
aku tahu hembusan angin yang sama akan menghampirimu. Setidaknya aku masih bisa
merasakan angin yang sama dengan kamu. Sehingga nada-nada kerinduan ini masih
dalam ketukan yang wajar.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar