Rabu, 17 Juli 2013

Ini kisah kita

Kisah ini dimulai kurang lebih satu tahun yang lalu. Dimana diantara kita belum banyak yang saling mengenal satu sama lain. Kalaupun iya, tentunya karena diantara kita pernah dalam satu kelas sebelumnya.

Hari itu hari selasa. Saya ingat betul moment itu. Hari pertama kita memulai menginjakkan kaki sebagai mahasiswa dan mahasiswi semester tiga di kampus nan sederhana ini. Mungkin dipikiran kita awalnya mengerikan memperoleh informasi dari studentsite bahwa kita merupakan bagian dari kelas 2EB01. Mengucek-ngucek mata berulang kali kemudian merefresh page studentsite pun tidak merubah kenyataan. Siapa yang senang? Saya tidak, awalnya.

Sebagian dari kita sudah merasa cocok dengan lingkungan kelas terdahulu. Namun apa daya kampus yang memiliki kuasa. Buat saya ini tidak adil ketika dalam suatu universitas mengharuskan adanya pengelompokkan kelas unggulan berdasarkan IPK. Karena itu memperkecil kemungkinan saya kembali bersama teman-teman saya menuliskan cerita kehidupan kebersamaan kami setiap harinya.

Kesedihan memang sempat menggerogoti. Bayangan tentang ketidaknyamanan sudah jelas terpampang nyata. Apalagi bagi saya. Saya bukanlah seseorang yang memiliki jiwa kompetitor. Saya rasa saya tidak mampu disandingkan dengan mereka.

Kesedihan pun bertambah-tambah ketika memasuki jam kedua pada pelajaran teori ekonomi mikro. Semakin terasa atmosfer kelas yang sangat mengerikan bagi saya. Memang ini bukan pertama kalinya saya harus berada dalam lingkungan orang-orang seperti ini. Ya, orang-orang pintar yang dibekali dengan semangat jiwa kompetitor yang tinggi. Saya merasa tidak bisa beradaptasi dengan mereka. Karena buat saya, saya jauh dibandingkan dengan mereka.
Keluhan terhadap kelas baru saya tak henti-hentinya saya lontarkan kepada orang-orang terdekat saya. Namun mereka seakan mendorong saya supaya maju mengikuti alur dan terus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap hal agar bisa mengimbangi mereka. Saya pun sedikit merasa tenang. Semangat saya muncul, walau tidak menggebu-gebu.

Beberapa hari berlalu. Pengumuman penerimaan mahasiswa jalur sarmag disiarkan. Hampir sebagian penduduk kelas saya diterima di jalur sarmag. Sarmag adalah sebutan dari program perkuliahan dengan sistem 4 tahun untuk menempuh sarjana dan magister. Jujur cukup lega hati saya mendengar banyak yang mengambil jalur tersebut. Kekhawatiran saya menjadi manusia paling bodoh di kelas pun sedikit berkurang ketika saya mengetahui bahwa mereka-mereka lah yang pergi meninggalkan kelas ini.

Bukan karena saya tidak menyukai mereka. Melainkan, karena saya merasa suasana kelas tidak sejiwa dengan saya sebelum kepergian mereka. Angker!

Hari berganti hari. Hati yang lega membuat saya kembali semangat memulai hari baru dikelas. Dan benar saja, kurang dari satu semester kami mengenal satu per satu lebih dalam lagi. Higga ikatan pertemanan ini mengantarkan kami ke zona nyaman.


Saya suka bekerja sama dengan penduduk 2EB01. Mengapa? Karena kita tahu kapan waktunya belajar, kapan waktunya bercanda, dan kapan waktunya untuk main-main. Tanpa sadar, kebersamaan kami terjalin. Walau sekarang masih terdapat beberapa kubu di dalam kelas, tapi tak sedikitpun membuyarkan kekompakan kami.


Ini foto-foto kebersamaan kami




Tidak ada komentar :

Posting Komentar